Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Sebuah filosofi dari Bapak Pendidikan yang berbunyi ing ngarso sung tulodho telah memberikan pengaruh yang sangat besar bagi dunia pendidikan di Indonesia sebagai langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran bagi seorang guru. Ki Hajar Dewantara atau dikenal sebagai Bapak Pendidikan yang namanya dikenal banyak orang di Indonesia memiliki pandangan tentang bagaimana menjadi seorang guru dimana guru harus dapat menjadi tauladan dan dapat memberikan praktik baik kepada muridnya, sehingga dalam pengambilan keputusan pun seorang guru harus dapat memberikan karsa atau usaha sebagai perwujudan filosofi ing madya mangun karsa sehingga guru dapat membatu menuntun murid dalam menentukan keputusan atas permasalahannya secara mandiri. Guru menjadi seorang pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaanya dan hal ini sesuai dengan filosofi pratap triloka Tut Wuri Handayani
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebuah keputusan yang diambil merupakan buah pemikiran yang memiliki nilai-nilai positif dan telah kita timbang dengan norma-norma kebaikan yang ada, selain itu keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan resiko yang sekecil-kecilnya sehingga keputusan tersebut diharapkan merupakan sebuah keputusan yang terbaik dari keputusan-keputusan yang lain.
Sebagai seorang guru seogyanya kita harus memiliki nilai-nilai positif yang tertanam dalam diri kita dimana nilai-nilai tersebut dapat mempengaruhi atas usaha kita untuk memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan berpihak kepada murid. Diantara nilai-nilai positif yang harus dimiliki seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak kepada murid. Nilai tersebut merupakan prinsif yang harus kita pegang disaat kita harus mennetukan sebuah keputusan diantara dua pilihan yang secara logika memiliki dilema etika (benar vs benar) ataupun bujukan moral (benar vs salah).
Nilai-nilai positif seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak kepada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional, kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan dengan kesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang mungkin dapat terjadi.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching merupakan sebuah keterampilan untuk menggali potensi dari coachee untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dengan menerapkan teknik coaching dengan model TIRTA kita dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dan memunculkan solusi berdasarkan potensi yang dimiliki untuk memecahkan masalah secara sistematis. TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab) merupakan model coaching yang dikembangkan berdasarkan konsep coaching dimana tujuan dari coaching tersebut yaitu memunculkan potensi yang dimiliki murid.
Coaching dengan model TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Pembimbingan yang dilakukan oleh pengajar praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih untuk mengevaluasi keputusan yang harus diambil dimana keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dan sejalan dengan nilai-nilai yang ada serta keputusan tersebut sudah tepat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Kompetensi sosial dan emosional seorang guru harus dapat dikuasai dengan kesadaran penuh untuk mengontrol dirinya, sehingga dengan hal tersebut dia dapat memberikan pelayanan terbaik kepada murid dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah. Sebagai seorang guru, kita harus mampu memberikan pelayanan pendidikan yang menyenangkan dan berpihak kepada murid sesuai profil belajar mereka. Oleh sebab itu pengambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan oleh seorang guru agar dapat mengakomodir kebutuhan murid dengan baik.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Sebagai seorang pendidik saat dihadapkan dengan kasus yang berkaitan dengan moral maupun etika secara sadar maupun tidak sadar seorang pendidik akan berpedoman kepada nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan.
Nilai-nilai positif perlu dikembangkan dan diperkuat agar disaat mengambil keputusan, seorang pendidik dapat mengambil keputusan dengan tepat dan dapat dipertanggung jawabkan dimana nilai-nilai dari seorang guru penggerak diantaranya reflektif, mandiri, inovativ, kolaboratif dan berpihak kepada murid. Nilai-nilai tersebut dapat mendorong guru untuk menentukan keputusan yang berkaitan dengan masalah moral dan etika yang tepat serta dapat meminimalisir kesalahan terhadap keputusan yang diambil serta tidak merugikan pihak lain khususnya bagi murid.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, dimana dengan langkah tersebut diperoleh keputusan yang akurat melalui proses analisis yang cermat. Sehingga keputusan yang diambil diyakini mampu mengakomodasi semua kepentingan dari semua pihak yang terlibat dan berdampak baik pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Beberapa kesulitan yang mungkin terjadi di sekolah
- Tidak semua warga sekolah terlibat dan berkomitmen dalam menjalankan keputusan tersebut.
- Sulitnya merubah paradigma dan budaya yang sudah mengakar selama bertahun-tahun di lingkungan sekolah, sehingga ada beberapa warga sekolah yang masih merasa nyaman dengan zonanya dan tidak mau keluar dari zona tersebut.
- Perbedaan cara pandang dan berpikir seseorang khususnya bagi mereka yang merasa sudah memiliki pemikiran dan keputusan sendiri yang kadang kala berlawanan dengan keputusan yang kita ambil.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Semua itu tergantung kepada keputusan yang kita ambil, apabila keputusan tersebut berdasarkan nilai positif yang telah tertanam pada diri dan berpihak kepada murid serta dapat dipertanggung jawabkan maka hal tersebut dapat mengantarkan murid pada memerdekakan mereka sesuai profil anak serta dapat mengembangkan potensi dan kodrat anak.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Ketika guru mengambil keputusan yang memerdekakan dan berpihak kepada murid, maka hal tersebut dapat mengantarkan murid menuju merdeka belajar, kreatif, inovatif dan menumbuhkan pribadi yang matang sesuai kodratnya serta cermat terhadap pengambilan keputusan bagi kehidupannya kelak dimasa yang akan datang.
Namun apabila keputusan tersebut diambil dengan tidak bijaksana dan tidak tepat maka akan menimbulkan resiko yang besar bagi anak, sehingga pengambilan keputusan harus dilakukan dengan akurat dengan memperhatikan profil belajar, kesiapan belajar, dan minat serta dilakukan dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi baik itu diferensiasi konten, proses maupun produk.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan harus berlandaskan pada filosofi pendidikan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan dengan pemimpin pembelajaran. Dimana dengan menggunakan alur BAGJA dapat terciptanya budaya positif yang mengantarkan kepada lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) serta guru yang memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menciptakan murid dengan profil pelajar pancasila dimana dalam menghadapai dilema etika dan bujukan moral diperlukan 4 paradigma, 3 prinsif dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memecahkan masalah agar keputusan yang diambil dapat berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Terima Kasih.
Salam Guru Penggerak
Permohonan Pengisian Data Sekolah PKLK Dikmen
Untuk sekedar diketahui format ini berbeda dengan Dapodikmen
formulir dapat di unduh di SINI
Apabila sudah terisi dimohon untuk dapat dikirim ke email slbn1palangkaraya@yahoo.com
keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Angga Saputra (SLBN 1 Palangka Raya)
Kemungkinan Penyebab Anak Lambat Bicara
Bahkan, sekitar 1 dari 4 anak terlambat bicara. Jadi, jangan keburu panik dan mencari bantuan, ya. Dan ternyata, seperti dilansir parenting.co.id, ada berbagai alasan di balik keterlambatan bicara ini, yakni: